[4/20 16:43] Ukh Meta: FATWA SYAIKH KHALID AL MUSHLIH

Soal:

Bolehkah seorang wanita mengatakaninni uhibbuka fillah (“Aku mencintaimu karena Allah”) kepada laki-laki ajnabi yang bukan mahram-nya?

Jawab:

 

Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Tidak diperbolehkan seorang wanita mengatakan “Aku mencintaimu karena Allah” kepada laki-laki ajnabi yang bukan mahram-nya, baik itu disampaikan melalui lisan maupun tulisan. Betapapun bagusnya ilmu & agama yang ada pada laki-laki tersebut maka hukumnya tetap terlarang. Karena wanita yang beriman dilarang untuk merendahkan suaranya ketika berbicara kepada laki-laki asing yang bukan mahram-nya. Dalam al-Qur’an Allahsubhanahu wa ta’ala berfirman kepada wanita-wanita yang paling sempurna keimanannya:

يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلاً مَعْرُوفاً

“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik” (QS. Al-Ahzab : 32).

Ibnul ‘Arabi menjelaskan dalam kitab tafsirnya, Ahkamul Qur’an (586/3) : “Dalam ayat ini Allah memerintahkan istri-istri Nabi agar mereka berbicara dengan perkataan yang baik, jelas, dan tidak menimbulkan sangkaan yang tidak-tidak di hati orang yang mendengarnya, dan Allah juga memerintahkan mereka agar senantiasa mengatakan perkataan yang ma’ruf”.

Demikianlah Allah melarang istri-istri Nabi dari berkata-kata lembut yang dapat mengundang syahwat padahal mereka adalah ummahatul mukminin. Lembut disini mencakup lembut dalam konten kata-katanya maupun lembut dalam sikap dan penuturan katanya. Larangan Allah ini berlaku untuk seluruh wanita beriman dan larangan kepada selain istri-istri Nabi tentu lebih ditekankan lagi. Karena sesungguhnya syahwat yang ada pada mereka lebih bisa mendekatkan mereka kepada perbuatan zina. Maka hendaknya seorang wanita yang beriman tidak melembutkan kata-katanya dan tidak mendayu-dayukannya ketika berbicara dengan laki-laki ajnabi yang bukan mahramnya. Karena hal itu lebih bisa menjauhkan mereka dari persangkaan yang tidak-tidak dan keinginan untuk berbuat buruk.

Adapun hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud dari sahabat Anas bin Malik, beliau berkata:

أن رجلاً كان عند النبي صلى الله عليه وسلم فمر به رجل فقال: يا رسول الله إني لأحب هذا، فقال له النبي صلى الله عليه وسلم: أعلمته؟ قال: لا، قال: أعلمه، قال: فلحقه فقال: إني أحبك في الله، فقال: أحبك الذي أحببتني له

Bahwasanya ada seorang sahabat yang sedang berada di sisi Nabi shāllallahu ‘alaihi wa alihi wasallam, kemudian seseorang lewat di hadapan mereka. Lantas sahabat ini mengatakan: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku benar-benar mencintai orang ini”. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun berkata kepadanya: “Apakah engkau telah memberitahukan rasa cintamu kepadanya?” Ia berkata: “Belum.” Beliau berkata: “Jika demikian, pergilah dan beritahukan kepadanya”. Maka ia langsung menemui orang itu dan mengatakan “Inni uhibbuka fillah” (sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah), lalu orang tersebut menjawab: “Ahabbakalladzi ahbabtani lahu” (Semoga Allah mencintaimu, Dzat yang telah menjadikanmu mencintai aku karena-Nya).

Hadist ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya dan Abu Dawud dalam Sunan-nya. Hadist ini juga diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam. Dalam riwayat Ath-Thabrani terdapat tambahan: “kemudian sahabat ini kembali menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan menceritakan jawaban orang tersebut kepada beliau. Mendengar cerita sahabat ini Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda: “engkau akan bersama dengan orang yang kau cintai dan untukmu pahala atas apa yang kau harapkan dari rasa cintamu itu”. Hadist ini dinilai shahih oleh Al-Hakim dan Ibnu Hibban dan disetujui oleh Adz-Dzahabi dalam Al-Mustadrak (189/4).

Hadits di atas tidak menunjukkan bolehnya seorang wanita mengungkapkan perkataan “Aku mencintaimu karena Allah” kepada laki-laki ajnabi yang bukan mahram-nya, demikian juga sebaliknya. Hadist ini hanya berlaku untuk sesama jenis, laki-laki dengan laki-laki dan perempuan dengan perempuan selama aman dari fitnah dan tidak menimbulkan persangkaan yang tidak-tidak di hati keduanya. Hal ini sebagaimana diisyaratkan oleh Al-Munawi dalam Faidhul Qadir (247/1), beliau berkata: “Apabila seorang wanita memiliki perasaan cinta (baca: simpati) kepada wanita lain maka hendaknya dia beritahukan kepadanya”.

Maka tidak diperbolehkan seorang laki-laki mengatakan “Aku mencintaimu karena Allah” kepada seorang wanita kecuali jika wanita tersebut adalah istrinya atau mahram-nya yang lain. Dan tidak pernah kita jumpai satupun dari para sahabiyah Nabi yang mengatakan ungkapan tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam padahal Allah telah menjadikan kecintaan kepada beliau sebagai sebuah kewajiban atas orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan. Demikian juga, tidak pernah kita jumpai riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengatakan ungkapan tersebut kepada salah seorang dari mereka.

Semoga Allah senantiasa menjaga agama kita dan menganugerahkan kepada kita petunjuk. Hanya kepada-Nya lah kita meminta. Aamiin.

http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/hukum-ucapan-aku-mencintaimu-karena-allah-kepada-lawan-jenis-yang-bukan-mahram.html
[4/20 16:43] Ukh Meta: 🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 1 Rajab 1436 H / 20 April 2015 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi’ | Bulughul Maram
🔊 Hadits ke-2 | Pandanglah Orang yang di Bawahmu dalam Masalah Dunia
⬇ Download Audio dan Transkrip
🌐 http://goo.gl/iWEn9a
~~~~~~~~~~~~~~~~~~

بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Para ikhwan dan akhwat sekalian yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla,
Kita lanjutkan hadits berikutnya,

HADITS 2
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي اللّه عنه قَالَ:قَالَ رَسُوْلُ اللّهِ صلّى اللّه عليه وسلّم أُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ عَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ

Dari Abu Hurairah radhiyallāhu Ta’ālā ‘anhu ia berkata: Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda: “Lihatlah kepada yang dibawah kalian dan janganlah kalian melihat yang diatas kalian sesungguhnya hal ini akan menjadikan kalian tidak merendahkan nikmat Allāh yang Allāh berikan kepada kalian”.
(Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Ikhwan dan akhwat sekalian yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla, hadits ini mengajarkan kita dalam masalah dunia hendaknya kita melihat ke bawah, bagaimanapun kekurangan yang ada pada diri kita dalam masalah dunia, pasti masih ada orang-orang yang lebih parah daripada kita.

Lihatlah kita sekarang dalam keadaan sehat alhamdulillah. Kalau kita melihat ke bawah, betapa banyak orang yang sakit, betapa banyak orang yang terkapar di tempat tidur tidak bisa bergerak karena sakit. Kemudian betapa banyak juga orang yang cacat yang lebih parah dari kita lebih banyak. Dan seorangpun kalau diapun sakit masih ada yang lebih parah sakitnya. Senantiasa pasti ada yang lebih menderita daripada apa yang kita rasakan.

Kalau kita selalu melihat ke bawah dalam masalah kesehatan saja, maka kita akan senantiasa bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan ini memang berat. Senantiasa bersyukur bukan perkara yang mudah.

Oleh karenanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
Hanya sedikit dari hamba-hambaKu yang bersyukur. (Saba’:13)

Kita berdo’a semoga Allāh menjadikan kita termasuk dari hamba-hamba Allāh yang sedikit tersebut.

Dan diantara hal yang membuat kita senantiasa bersyukur, melihat ke bawah dalam masalah dunia.

Demikian juga masalah harta, misalnya, kita mungkin punya kendaraan yang mungkin kurang bagus, tetapi masih banyak orang dibawah kita yang kendaraannya lebih jelek daripada kendaraan milik kita.

Dan bisa jadi masih banyak orang yang hanya memiliki motor atau memiliki sepeda bahkan. Masih banyak orang yang hanya bisa berjalan kaki, tidak memiliki kendaraan sama sekali maka dalam hal dunia kita lihat ke bawah, jangan kita lihat ke atas. Karena dunia kalau lihat ke atas maka tidak akan ada habisnya. Maka Rasūlullāh melarang untuk melihat ke atas masalah dunia.

Dunia tidak akan pernah habisnya, orang yang mencari dunia akan senantiasa haus akan dunia. Maka terkadang kita heran tatkala melihat ada seorang sudah tua, umur sudah 60 tahun atau 70 tahun atau bahkan 80 tahun, namun masih sibuk tenggelam dalam dunia, masih memikirkan ini memikirkan anu, kapan dia mau istirahat? Kapan dia mau menikmati dunianya sementara dia terus mencari dunia dan demikian terus kehidupannya.

Mungkin kita heran, tapi dia sendiri tidak heran. Kenapa? Karena memang tidak ada rasa batas terakhir masalah kepuasan dunia. Seorang kapan mendapatkan sesuatu dia masih mencari yang lain lagi.

Kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

لَوْ كَانَ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لاَبْتَغَى ثَالِثًا ، وَلاَ يَمْلأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ

“Seandainya anak Adam memiliki 2 lembah emas maka dia akan mencari lembah yang ke-3 dan dia tidak akan berhenti kecuali kalau pasir sudah dimasukkan dalam mulutnya”.

Kalau sudah meninggal baru dia berhenti. Dunia itu ibarat air laut yang asin. Semakin ditelan maka akan semakin membuat haus seseorang. Makanya dalam masalah dunia kita lihat dibawah agar kita senantiasa bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Berbeda halnya dengan masalah akhirat, masalah akhirat kita lihat ke atas. Allāh mengajarkan kita untuk semangat dalam masalah akhirat.

Oleh karenanya tatkala kita sholat kita mengatakan :
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ
“Ya Allāh tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat kepada mereka”.

Siapa? Mereka yaitu nabiyyiin wa shiddiqiin wasy syuhadaa wash shaalihin, jalan para Nabi, jalan para orang shidiq, para syuhada dan orang-orang shalih.

Kita disuruh untuk melihat ke atas masalah akhirat senantiasa minta petunjuk mereka, petunjuk jalan yang pernah ditempuh oleh orang-orang yang hebat-hebat seperti para Nabi, para syuhada, para shalihin.

Demikian juga Allāh mengatakan:
وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ

“Dan untuk yang demikian, maka hendaknya orang-orang yang berlomba, berlomba

View on Path

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 1 Rajab 1436 H / 20 April 2015 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitabul Jāmi’ | Bulughul Māram
🔊 Hadits 02 | Pandanglah Orang yang di Bawahmu dalam Masalah Dunia
~~~~~~~

وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : “اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِــعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ.” مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Dari Abu Hurairah Radiyallahu anhu ia berkata: Rasūlullāh Sallallāhu ‘Alayhi Wasallam bersabda: “Lihatlah orang-orang yang berada di bawah kalian, dan janganlah melihat orang yang berada di atas kalian karena hal itu lebih pantas agar kalian tidak menganggap rendah nikmat Allāh yang telah dianugerahkan kepada kalian.” (Muttafaqun ‘alaih).
Tujuannya :
Senantiasa selalu bersyukur dalam hidup dan tidak merasa kurang
Alloh menetapkan rizki seseorang berdasarkan usahanya..

View on Path

🎬 Halaqoh 37
📜 Fardhunya Mandi
🔊 Oleh Ust. Abu Ziyad Eko Haryanto, MA
———————–

بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله و كفى والصلاة والسلام على النبي المصطفى، نبينا محمد صلى الله عليه و على آله و صحبه أجمعين

اَللَّهُمَّ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ وَ تُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي.

Ikhwan dan akhwat para peserta kajian fiqh yang dimuliakan Allāh, pada kesempatan kali ini kita memasuki halaqoh ke-37 dan pada halaqoh ini kita akan membahas bab baru yaitu tentang “Fardhunya Mandi”.

Apa saja yang difardhukan bagi seseorang yang akan mandi besar (janabah)?

Fardhunya mandi itu ada 3 macam;

① Niat
Seseorang jika akan mandi besar berarti akan melakukan sebuah ibadah dan kita tahu tidak akan diterima ibadah oleh Allāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam kecuali disertai dengan niat karena Allāh Subhānahu Wa Ta’āla sebagaimana hadits Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang shahih :

إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل امرئ ما نوى

“Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu tergantung kepada niat (artinya amal itu diterima atau tidak tergantung niatnya) dan setiap orang akan mendapatkan balasan amalan sesuai dengan yang dia niatkan (ungkapkan di dalam hatinya).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan niat adalah tempatnya di dalam hati karena niat merupakan keinginan untuk melakukan sesuatu.

Oleh karena itu, seseorang yang akan mandi harus meniatkan dalam hatinya untuk mengangkat hadats besar, baik dari junub, haidh, nifas atau yang lainnya.

Dan dalam madzhab Syāfi’i, niat itu harus dihadirkan bersamaan dengan anggota yang wajib dimandikan pada awal mandi.

② Menghilangkan najis yang menempel pada badannya.

Kalau misal itu darah haidh atau nifas maka darah itu harus dibersihkan dahulu dari farji’nya.

Dalil:

حديث ميمونة في غسل النبي صلى الله عليه وسلم من الجنابة وفيه : وغسل فرجه وما أصابه من الأذى

“Dari Maymunah radhiyallāhu ‘anhā ketika menceritakan tentang mandinya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam: Bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam membersihkan kemaluannya dan yang mengenainya dari kotoran.” (Hadits shahih, HR. Bukhari №. 2460

Namun Imam Nawawi menshahihkan di dalam buku-bukunya bahwasanya dalam menghilangkan kotoran dan najis itu cukup dengan mengangkat hadats yang ada padanya dan ini merupakan madzhab yang mu’tamar yaitu madzhab Asy-Syāfi’i.

Jadi ketika mandi, kotorannya dibersihkan adalah sudah cukup, adapun jika dibersihkan sebelum mandi junub maka hukumnya sunnah.

③ Menyiramkan air ke seluruh bagian kulit dan rambut (setiap rambut yang tumbuh harus terkena air) dan tidak ada bedanya apakah itu rambut kepala atau rambut yang lainnya dan juga tidak ada perbedaan rambut yang tebal ataupun tipis.

Rambut yang panjang yang diikat/dikepang apabila mandi junub tidak terkena air maka wajib dilepas ikatannya bahkan wajib membasuh permukaan biji dzakar yang tertutup kulit kemaluan dan harus membasuh/mencuci permukaan farjī’ seorang wanita.

Dalil:

عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ بَدَأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ يُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِي الْمَاءِ فَيُخَلِّلُ بِهَا أُصُولَ شَعَرِهِ ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ ثَلَاثَ غُرَفٍ بِيَدَيْهِ ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جِلْدِهِ كُلِّهِ.

“Dari ‘Āisyah radhiyallāhu ‘anhā: Bahwasanya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam apabila Beliau mandi janabah maka memulai dengan membasuh kedua tangan Beliau kemudian berwudhū’ seperti wudhū’ untuk shalat kemudian memasukkan jari-jari ke air lalu menggosokkan ke pangkal rambut (kulit kepala) kemudian menyiramkan 3x siraman ke kepala dengan kedua tangannya kemudian menyiramkan air ke seluruh tubuh Beliau.” (Hadits shahīh HR. Bukhari dan Muslim)

Ini merupakan tartīb (urutan) cara mandi yang disunnahkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Yaitu:
⑴ mencuci kedua tangan
⑵ wudhū’
⑶ menggosokkan jari yang telah diberi air ke pangkal rambut
⑷ menyiram 3x dengan kedua tangan
⑸ menyiram air ke seluruh tubuh

Adapun hadits tentang ancaman kepada orang yang tidak basah kulit nya dengan api neraka adalah tidak ada yang shahih kata para ulama.

Diantaranya:
⒈Dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallāhu ‘anhu: Beliau mendengar Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang meninggalkan 1 bagian rambut saja dari junub maka dia akan disiksa oleh Allāh Subhānahu Wa Ta’āla dengan api neraka”. Kemudian ‘Ali mengatakan: “Oleh karena itu saya selalu memendekkan ranbutku (kemudian ‘Ali memotong rambutnya supaya terkena air). (HR. Abu Dawud)

Hadits ini lemah, yaitu mauquf dan bukan sabda Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tetapi perkataan ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallāhu ‘anhu, dan tidak bisa dijadikan dalil.

⒉ “Di bawah setiap rambut itu ada junub maka basuhlah rambut dan bersihkanlah kulit.” (HR. Abu Dawud)

Namun dikatakan bahwasanya di antara para perawi ada Hadats bin Mawjīh dan ini hadits munkar dan didha’ifkan oleh para ulama.

Namun tentang wajibnya atau keharusan membasuh seluruh anggota tubuh (termasuk rambut dan kulit) itu cukup didasarkan dari hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim.

Demikian yang dapat kita bahas.

الله أعلم بالصواب
وصلى الله على نبينا محمد و الى آله و صحبه أجمعين

——————–
📝 Ditulis oleh Tim Transkrip
👤 Murojaah : Ust. Abu Ziyad Eko Haryanto M.A.
👉 Kunjungi kami di http://www.manarussabil.or.id

View on Path

🌍 BimbinganIslam.com

Senin, 23 Jumadil Akhir 1436 H / 13 April 2015 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi’ | Bulughul Māram
🔊 Hadits ke-1 | Hak Sesama Muslim (bagian 1)

⬇️Download Audio
http://goo.gl/v2dahq

بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Para ikhwan dan akhwat sekalian yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla, kita akan memasuki pembahasan Kitaabul Jaami’ yaitu sebuah kitab yang ditulis oleh AlHaafizh Ibnu Hajar رحمه اللّه yang beliau letakkan di akhir pembahasan dari Kitab Buluughul Maraam Min Adillatil Ahkaam.

Kita tahu bahwasanya Kitab Buluughul Maraam Min Adillatil Ahkaam adalah kitab yang mengumpulkan hadits-hadits Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam tentang fiqih, mulai dari Bab Thaharah, kemudian Bab Shalat dan Bab Haji, Bab Zakat, Bab Jihad dan seluruhnya.

Namun yang menakjubkan dari AlHaafizh Ibnu Hajar, di ujung Kitab Buluughul Maraam, beliau meletakkan Kitaabul Jaami’. Dan Kitaabul Jaami’ ini tidak ada hubungannya dengan masalah fiqih, tapi dia lebih cenderung berhubungan dengan masalah adab, masalah akhlaq, tentang akhlaq yang baik, tentang akhlaq yang buruk yang harus dijauhi, tentang dzikir dan do’a.

Wallaahu a’lam, seakan-akan AlHaafizh Ibnu Hajar ingin mengingatkan kepada kita bahwasanya jika seorang telah menguasai bab-bab ilmu, telah menguasai masalah-masalah fiqih maka hendaknya dia beradab dan dia memiliki akhlaq yang mulia.

Karenanya di akhir kitab tersebut, di akhir Kitab Buluughul Maraam, maka beliau meletakkan sebuah kitab yang beliau namakan Kitaabul Jaami’.

Kitaabul Jaami’, al jaami’ dalam bahasa arab artinya yang mengumpulkan atau yang mencakup.

Dikatakan Kitaabul Jaami’, kenapa? Karena kitab ini mencakup 6 bab yang berkaitan dengan akhlaq sebagaimana yang tadi kita sebutkan.

Bab Pertama adalah Baabul Adab.

Bab Kedua adalah Bab Al Birr Wa Shilah, yaitu bab tentang birr wa shilah, bab tentang bagaimana berbuat baik dan bagaimana bersilaturahmi.

Bab Ketiga Baabul Zuhud wa Wara’, tentang zuhud dan sifat wara’.

Bab Keempat Baabut Tarhiib Min Masaawil Akhlaaq, bab tentang yang memperingatkan tentang akhlaq-akhlaq yang buruk.

Bab Kelima Baabut Targhib Min Makaarimul Akhlaaq yaitu bab tentang motivasi untuk memiliki akhlaq yang mulia.

Bab Keenam Baabudz Dzikir Wad Du’aa, yaitu bab tentang dzikir dan do’a.

Maka disebut dengan Kitaabul Jaami’ karena di dalam kitab ini mencakup 6 bab.

Kita masuk yang pertama, yaitu Baabul Adab (bab tentang adab).

Yaitu maksudnya adalah bab ini mencakup hadits-hadits yang menjelaskan tentang adab-adab Islam di dalam Islam yang seorang muslim hendaknya berhias dengan akhlaq (perangai-perangai) yang mulia tersebut.

Hadits pertama, yaitu dari Abu Hurairah radhiyallāhu Ta’ālā ‘anhu :
قَالَ رَسُولُ اَللهِ صلى الله عليه وسلم : حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ. قِيْلَ: مَا هُنَّ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: إِذَا لَقِيْتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَسَمِّتْهُ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ، وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ

Dari Abu Hurairah Radiyallahu anhu ia berkata: Rasulullah Sallallahu Alayhi Wasallam bersabda: “Hak seorang muslim terhadap sesama muslim itu ada enam: jika kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam, jika ia mengundangmu maka penuhilah undangannya, jika ia meminta nasihat kepadamu maka berilah ia nasihat, jika ia bersin dan mengucapkan ‘Alhamdulillah’ maka do‘akanlah ia dengan ‘Yarhamukallah’, jika ia sakit maka jenguklah dan jika ia meninggal dunia maka iringilah jenazahnya.” (HR. Muslim).

Bahwasanya hak seorang muslim atas muslim yang lain ada 6 :
Jika engkau bertemu dengan dia maka berikanlah salam kepadanya.
Jika dia memanggilmu (mengundangmu) maka kamu harus memenuhi undangannya, maka penuhilah undangannya.
Jika dia minta nashihat kepada engkau maka nashihatilah.
Jika dia bersin kemudian dia mengucapkan “alhamdulillaah” maka jawablah dengan “yarhamukallaah”.
Jika dia sakit maka jenguklah dia.
Jika dia meninggal maka ikutilah jenazahnya.
(Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya)

Ikhwan dan akhwat yang sekalian dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla, disini kata Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, hak muslim seorang atas muslim ada 6.

Tentunya, bilangan 6 ini bukanlah sesuatu yang tanpa batasan, artinya 6 ini hanya menunjukkan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyebutkan secara khusus namun bukan berarti tidak ada hak-hak yang lain.

Dalam istilah ahlul ‘ilmi (ulama) yaitu mafhumul ‘adad laysa lahul mafhuum. Bahwasanya bilangan tidak ada mafhum mukhalafahnya. Jadi 6 ini hanya sekedar menunjukkan perhatian Nabi terhadap 6 perkara bukan berarti tidak ada hak-hak yang lainnya.

Dan maksud hak disini adalah perkara yang laa yanbaghi tarkuhu, yang hendaknya tidak ditinggalkan. Bisa jadi perkara yang wajib, bisa jadi perkara mustahak yang sangat ditekankan. Di dalam hadits ini mengumpulkan 6 hak.

Hak yang pertama, jika engkau bertemu seorang muslim maka berilah salam kepada dia. Tentu di antara amalan yang sangat mulia adalah memberi salam. Kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam :
لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ

“Kalian tidak akan masuk surga kecuali kalian beriman dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian tentang suatu perkara jika kalian melakukannya maka kalian akan saling mencintai?  Yaitu sebarkanlah salam di antara kalian”.

Oleh karenanya diantaranya afdhalul ‘amal (amalan yang paling mulia) kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam yaitu memberi makan kepada fakir miskin, kemudian beri salam kepada orang yang kau kenal dan orang yang tidak kau kenal.

Bahkan disebutkan diantara tanda-tanda hari kiamat yaitu seseorang hanya memberi salam kepada orang yang dia kenal.

Salam merupakan amalan yang indah, mendo’akan kepada sesama muslim. Dengan kita menyebarkan salam maka akan sering timbul cinta diantara kaum muslimin, ukhuwah islamiyah semakin kuat.

Tentunya salam ada adab-adabnya, akan kita jelaskan pada pertemuan-pertemuan berikutnya.

Namun satu yang menakjubkan dalam hadits Abdullah bin Sallam, salah seorang Yahudi yang masuk Islam kemudian jadi sahabat, dia mengatakan :
أول كلام سمعت من النبي صلى الله عليه و سلم يآيها الناس أَفْشُوا
السَّلامَ بَيْنَكُمْ

Dia mengatakan, “Tatkala Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam di Madinah, pertama kali dia dengar kalimat Rasulullah, Rasulullah mengatakan “Wahai manusia (wahai masyarakat), sebarkanlah salam diantara kalian”.

Oleh karenanya menyebar salam bukanlah perkara yang sepele melainkan diperhatikan oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bahkan di awal dakwah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dengan menyebarkan salam.

Demikianlah, kita akan lanjutkan dalam pertemuan berikutnya.

Wallaahu a’lam bishshawaab.
______________________________
⬇ Donasi Pengembangan Dakwah
Group Bimbingan Islam
Bank Mandiri Syariah
No. Rek : 7103000507
A.N : YPWA Bimbingan Islam
Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

📝 Saran atau Kritik silahkan sampaikan kepada kami melalui link berikut:
🌐http://www.bimbinganislam.com/kritikdansaran

View on Path

Dear all, Bagi yg mempunyai aktifitas di Jkt dan di Bandung, terutama yg berkantor disekitar tempat acara KAA minggu depan, mudah2an info dibawah ini berguna.

Just info ttg kegiatan peringatan KAA :
1. Tamu mulai datang hari Minggu tgl 19 april, sebagian besar menginap di hotel jalur Sudirman. – Thamrin – Kuningan, maka minggu ini Car Free Day ditiadakan.
2. Hari Senin – Selasa pertemuan SOM di JHCC, dilakukan rekayasa lalu lintas sepanjang jalur Sudirman -Thamrin di pagi dan sore / malam hari
3. Rabu – Kamis, pertemuan Puncak Pemimpin Negara di JHCC, rekayasa lalu lintas spt no 2
4. Jum’at pagi Pemimpin Negara berangkat ke Bandung utk acara peringatan .
5. Jumat sore, pemimpin negara kembali ke jakarta atau kembali ke negara masing2 langsung dari Bandung.
Teman2, hari senin-rabu 20-22 kawasan Thamrin, Sudirman akan macet luar biasa krn pelaksanaan Konferensi Asia Afrika di JCC Senayan yg dihadiri tamu dari 100 negara. Jam 6-9 pagi dan sore jalan tol dalam kota, jembatan semanggi, thamrin-sudirman-senayan akan ditutup (pengumuman TMC polda metro jaya). Jd utk yg akan beraktifitas agar bisa dtg kantor jam 5 pagi dan pulang dari kantor tengah malam setelah acara para tamu negara selesai. Yg akan berangkat via bandara Soetta utk penerbangan siang, agar dtg ke bandara jam 5 pagi sblm jalan ditutup. Diperkirakan kemacetan lalu lintas akan berimbas ke seluruh penjuru kota Jakarta.

View on Path

Copas

KSATRIA BAITUL MAQDIS

ظل نجم الدين أيوب -أمير تكريت-لم يتزوج لفترة طويلة،فسأله أخوه -أسد الدين شيراكوه-قائلًا :ياأخي لما لاتتزوج ؟

Bahwasanya Nazmuddin Ayyub -penguasa Tikrit- belum menikah dalam waktu yg lama, maka bertanyalah saudaranya -Asaduddin Syerkuh- : “saudaraku kenapa kamu belum menikah?”

فقال له نجم الدين :
لا أجد من تصلح لي

Najmuddin menjawab:
“Aku belum mendapatkan yang cocok”

فقال له أسد الدين: ألا أخطب لك؟

Asaduddin berkata: “maukah aku lamarkan seseorang untukmu?”

قال من؟
قال:ابنة ملك شاه -بنت السلطان محمدبن ملك شاه-السلطان السلجوقي،أو ابنة نظام الملك -كان وزيرا من الوزراء العظام-الوزير العباسي-.

Dia berkata: “siapa?”
Ia menjawab: “puteri Malik Syah -anak Sultan Muhammad bin Malik Syah- Raja bani Saljuk, atau puteri Nidzamul Malik -dulu menteri dari para menteri agung zaman Abbasiyah

فيقول له -نجم الدين-قائلًا إنهم لايصلحون لي،فيتعجب منه أسد الدين شيراكوه
فيقول له:ومن يصلح لك؟

Maka Najmuddin berkata: “mereka tidak cocok untukku”,

maka heranlah Asaduddin Syerkuh, ia berkata: “lantas siapa yang cocok bagimu?”

فيرد عليه-نجم الدين-قائلًا:إنما أريد زوجة صالحة تأخذ بيدي إلي الجنة وأنجب منها ولدا تحسن تربيته حتي يشب ويكون فارسًا ويعيد للمسلمين بيت المقدس

Najmuddin menjawab: “aku menginginkan istri yang shalihah yg bisa menggandeng tanganku ke surga dan melahirkan anak yg dia tarbiyah dengan baik hingga jadi pemuda dan ksatria serta mampu mengembalikan baitul maqdis ke tangan kaum muslimin”

في ذلك الوقت كان بيت المقدس محتلًا من قبل الصليبين ،وكان -نجم الدين -وقتها في العراق في تكريت بينه وبين بيت المقدس مسافات شاسعة

Waktu itu baitul maqdis dijajah oleh pasukan salib, dan Najmuddin masa itu tinggal di Tikrit Irak yang berjarak jauh

ولكن قلبه وعقله كانا معلقين في بيت المقدس

Tetapi hati dan pikirannya senantiasa terpaut dengan baitul maqdis

وكان هذا هو حلمه أن يتزوج زوجة صالحة ينجب منها فارسًا يعيد للمسلمين بيت المقدس.

Impiannya adalah menikahi istri yg shalihah dan melahirkan ksatria yg akan mengembalikan baitul maqdis ke pangkuan kaum muslimin

أسد الدين لم يعجبه كلام أخيه فقال له:ومن أين لك بهذه؟

Asaduddin tidak terlalu heran dengan ungkapan saudaranya, ia berkata: dimana kamu bisa mendapatkan yg seperti ini?”

فرد عليه -نجم الدين-:من أخلص لله النية رزقه الله المعين

Najmuddin menjawab: “barangsiapa ikhlas niat karena Allah, akan Allah karuniakan pertolongan”

وفي يوم كان -نجم الدين-يجلس إلي شيخ من الشيوخ في مسجد في تكريت يتحدث معه

Suatu hari Najmuddin duduk bersama seorang Syaikh di masjid Tikrit dan berbincang2

فجاءت فتاه تنادي علي الشيخ من وراء الستار،فاستأذن الشيخ من -نجم الدين-ليكلم الفتاة
فيسمع -نجم الدين-الشيخ وهو يقول لها:

Datanglah seorang gadis memanggil Syaikh dari balik tirai, maka Syaikh tersebut minta izin Najmuddin untuk bicara dengan si gadis
Najmuddin mendengar Syaikh berkata padanya:

لماذا رددت الفتى الذي أرسلته إلي بيتكم ليخطبك؟

“Kenapa kau tolak utusan yg datang ke rumahmu untuk meminangmu?”

فقالت له الفتاة:أيها الشيخ ونعم الفتى هو من الجمال والمكانة،ولكنه لايصلح لي.

Gadis itu menjawab: “wahai Syaikh ia adalah sebaik2 pemuda yg punya ketampanan dan kedudukan, tetapi ia tidak cocok untukku”

فقال لها الشيخ:وماذا تريدين؟
فقالت له :سيدي الشيخ أريد فتىً يأخذ بيدي إلي الجنه وأنجب منه ولدًا يصبح فارسًا يعيد للمسلمين بيت المقدس

Syaikh berkata: “apa yg kau inginkan?”

Gadis menjawab: “aku ingin seorang pemuda yg menggandeng tanganku ke surga dan melahirkan darinya anak yg menjadi ksatria yg akan mengembalikan baitul maqdis kepada kaum muslimin

الله أكبر نفس الكلمات التي قالها -نجم الدين لأخيه
هي نفس الكلمات التي تقولها -الفتاة-للشيخ.

Allahu Akbar kata2 yg sama yg diucapkan Najmuddin kepada saudaranya, persis kata2 yg diucapkan gadis itu kepada Syaikh

-نجم الدين -رفض بنت السلطان وبنت نظام الملك بما لها من المكانة والجمال،وكذلك-الفتاة- رفضت الفتي الذي له من المكانة والجمال ماله

Najmuddin menolak putri Sultan dan Menteri yg punya kecantikan dan kedudukan, dan begitu juga gadis itu menolak pemuda yg punya kedudukan dan ketampanan

كل هذا من أجل ماذا؟ لأن كلاهما يريد من يأخذ بأيديهما إلي الجنة ومن ينجبان منه فارسًا يعيد للمسلمين بيت المقدس

Apa maksud ini semua? Karena keduanya menginginkan tangan yg bisa menggandeng ke surga dan melahirkan darinya ksatria yg akan mengembalikan baitul maqdis kepada kaum muslimin

فقام -نجم الدين-ونادي علي الشيخ
أيها الشيخ :أريد أن أتزوج من هذه الفتاة

Najmuddin berdiri dan memanggil sang Syaikh : “aku ingin menikah dengan gadis ini”

فقال له الشيخ :إنها من فقراء الحي

Syaikh menjawab: “dia gadis kampung yg miskin”

فقال -نجم الدين-: هذه من أريدها أريد زوجة صالحة تأخذ بيدي إلي الجنة وأنجب منه ولدًا يصبح فارسًا حتي يعيد للمسلمين بيت المقدس

Najmuddin berkata: “ini yg aku inginkan, aku ingin istri shalihah yg menggandeng tanganku ke surga dan melahirkan anak yg dia didik jadi ksatria yg akan mengembalikan baitul maqdis kepada kaum muslimin

“ومن آياته أن خلق لكم من أنفسكم أزواجًا لتسكنوا إليها”

Diantara tanda2 kekuasaan-Nya Dia ciptakan dari jenis kalian sendiri pasangan2 agar kalian merasa tenteram dengannya

تزوج -نجم الدين أيوب -من هذه الفتاة-ست الملك خاتون-وبالفعل من أخلص النية رزقه الله المعين

Menikahlah Najmuddin Ayyub dengan gadis ini, maka barangsiapa berniat ikhlas akan Allah karuniakan pertolongan

فأنجب -نجم الدين -ولدًا أصبح فارسًا أعاد للمسلمين بيت المقدس ألا وهو:

Maka lahirlah putra Najmuddin yg menjadi ksatria yg mengembalikan baitul maqdis ke haribaan kaum muslimin, ia adalah …

~صلاح الدين الأيوبي~

SHALAHUDDIN AL AYYUBI

هذه كانت أمانيهم في زواجهم
فياتري ماهي أمانينا نحن في زواجنا؟

Inilah obsesi mereka dalam menikah, lantas apa obsesi kita dalam pernikahan kita.

#JumatMubarak
1. Pernikahan yng direstui orang tua untuk mendapakan ridho alloh.sehingga kelurga senantiasa samara dan takwa..aamiin..

View on Path

Form pengisian ini konon adalah lembar pengisian ktp di salah satu daerah.tapi sungguh miris..negara yang mayoritas negaranya beragama bisa kehilangan haknya karena data diri agama akan dihilngkan.andai ada orang meninggl tapi dia tinggl nomaden dan tak punya kelurga maupun kerabat.bagaimana caranya dia dikubur..hak dikubur sesuai.agama yang dianut adalah hak setiap masyarakat indonesia…dan kolom agma juga penting urusan dlam berkluarga..lindungilah negri ini ya alloh dr beberapa elit negeri ini..aamiin

View on Path

🍒🐛🍒🐛🍒🐛🍒🐛🍒. Janganlah menunggu hari istimewa…baru memakai barang yang bagus.

🐛Kepala Rumah Sakit LinBingWen meninggal dunia karena infeksi pada usia 61 tahun. Kematiannya yang tiba2 mengagetkan rekan2 medis, dia boleh dibilang masih cukup muda.

🐛Kehidupan sungguh amat rentan, hidup mati adalah kehendak yang di atas tidak bisa dicegah, bahkan SteveJob (Apple) menghadapi sakit dan mati juga tidak berdaya.

🐛Bbrp tahun yg lalu, seorang istri teman baru saja meninggal. Dia bilang: “Ketika aku sedang beres2 barang2 istriku, kutemukan sebuah scharf sutera, yang kami beli di sebuah toko mewah di NewYork dalam suatu tour kami.”

🐛Itu adalah sebuah scarf yang cantik, anggun dan bermerk. Bahkan harganya masih tertera di sana, istrinya terlalu sayang untuk memakainya, dia selalu menunggu suatu hari yang istimewa untuk memakainya.”

🐛Sampai di sini, dia diam, dan sebentar melanjutkan: “Sudahlah. Jangan menunggu hari yang istimewa, baru memakai barangmu yang bagus. Setiap hari dalam kehidupanmu adalah istimewa”

🐛Kini, setiap teringat akan kata2 itu, aku akan meletakkan tugas2ku, cari bacaan ringan atau memutar musik2 indah, berbaring santai di sofa, menikmati waktu yang benar2 milikku.

🐛Aku akan menikmati air sungai yang tampak dari jendela rumahku, tanpa peduli adanya debu di kaca jendela, aku akan mengajak orang2 di rumah makan di luar.

🐛Kehidupan seharusnya adalah perjalanan pengalaman2 yang mesti disayang/dinikmati, dan bukannya hari2 yang pahit/susah hanya untuk mempertahankan hari2 yang telah lewat.

🐛Aku pernah berbagi perbincangan ini dengan seorang wanita. Dan ketika bertemu lagi dengan dia, dia bilang bahwa sekarang dia SUDAH TIDAK SEPERTI DULU LAGI, menyimpan gelas2 keramiknya di dalam lemari anggurnya.

🐛Dulu dia mengira akan menggunakannya pada hari yang istimewa, akhirnya dia menyadari hari itu tidak pernah datang.

“❤️Kelak/nanti”, “Suatu saat nanti” sudah tidak ada lagi di kamusnya. Kalau ada hal yang menggembirakan, kalau ada hal yang memuaskan, dia akan berusaha mengalaminya sekarang dan mendengarkannya segera.

🐛Kita sering ingin berkumpul dgn teman2, tapi selalu berdalih “cari kesempatan”. Kita sering ingin memeluk anak2 yang mulai besar, tapi selalu menunggu kesempatan yang tepat.

🐛Kita mungkin ingin menulis sesuatu buat belahan jiwa, betapa kita menyayanginya, betapa kita mengaguminya, tetapi selalu bilang dengan diri sendiri tidak buru2.

🐛Sebenarnya setiap pagi kita membuka mata, ini adalah hari yang istimewa. Setiap hari, setiap menit adalah sangat berharga.

🍒🐛1. Janganlah selalu bekerja dalam kondisi tertekan, akan merusak/melelahkan diri !

🍒🐛2. Jangan lupa bahwa tubuh kita adalah segalanya, bila tidak sehat, tidak akan bisa menikmati semua kenikmatan dan keindahan kehidupan ini.

🍒🐛3. Jangan berpikir bahwa yang bisa menolong hidupmu adalah dokter, sebetulnya adalah dirimu sendiri, menjaga kesehatan adalah lebih penting daripada menyelamatkan nyawa.

🍒🐛4. Jangan berpikir bahwa setiap pemberian selalu harus ada imbalannya; sebenarnya hanya karena tidak mengharapkan imbalan, maka akan beroleh imbalan yang baik.

🍒🐛5. Jangan meremehkan orang2 yg berjodoh denganmu, karena ketika masa2 itu lewat, barulah menyadari betapa kesempatan itu sulit sekali dijumpai.

Bekerjalah dengan wajar dan alamiah ! Pelan2 menikmati perjalanan kehidupan, nikmati setiap hari dari kehidupan ini dgn gembira !

Semangat pagiiiiii… ! ! 😄😀😀😀 🐛🍒🐛🍒🐛🍒🐛🍒🐛

View on Path

[4/14 6:22] Risya pramesti: Akhir-akhir ini, banyak orang yang berpuasa di awal bulan Rajab. Saya ingin bertanya, apakah ada tuntunannya dari Rasulullah puasa hanya di awal bulan Rajab atau hanya beberapa hari saja di bulan Rajab?

Hendra Irawan (**hendra@***.com)

Jawaban:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Tidak terdapat amalan khusus terkait bulan Rajab, baik bentuknya shalat, puasa, zakat, maupun umrah. Mayoritas ulama menjelaskan bahwa hadis yang menyebutkan amalan di bulan Rajab adalah hadis dhaif dan tertolak.
[4/14 6:22] Risya pramesti: Tidak terdapat dalil yang sahih tentang anjuran shalat tertentu di bulan Rajab. Adapun hadis yang menyebutkan keutamaan shalat Raghaib di malam Jumat pertama bulan Rajab adalah hadis dusta, batil, dan tidak sahih. Shalat Raghaib adalah bid’ah, menurut mayoritas ulama.” (Lathaiful Ma’arif, hlm. 213)
[4/14 6:22] Risya pramesti: Diriwayatkan oleh Bukhari, 4662 dan Muslim, 1679 dari Abu Bakrah radhiallahu anhu dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا , مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ , ثَلاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ : ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ , وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

“Setahun itu ada dua belas bulan, diantaranya (ada) empat bulan Haram, tiga (bulan) berurutan, Dzulqaidah, Dzulhijjah dan Muharam serta Rajab Mudhar yang terdapat di antara (bulan) Jumadi Tsani dan Sya’ban.”
[4/14 6:22] Risya pramesti: Bulan-bulan ini dinamakan bulan haram karena dua hal;

1. Karena pada bulan-bulan ini diharamkan berperang, kecuali musuh memulai (perang).

2. Sebagai penghormatan. Maksudnya jika ada perbuatan yang haram dilanggar, maka pada bulan-bulan ini bobotnya lebih berat dibandingkan pada bulan-bulan lainnya.

Oleh karena itu, Allah Ta’ala memperingatkan agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan pada bulan-bulan ini, berdasarkan firmanNya: “Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” QS. At-Taubah: 36, meskipun melakukan kemaksiatan diharamkan dan dilarang pada bulan-bulan ini dan lainnya, akan tetapi pada bulan-bulan ini sangat diharamkan.

As-Sya’di rahimahullah berkata (dalam tafsirnya) pada hal. 373: “Firman Allah;

‘فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

” Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.
[4/14 6:22] Risya pramesti: Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At-Taubah: 36)

Bulan-bulan Haram adalah Rajab, Dzulqaidah, Dzulhijjah dan Muharram.
[4/14 6:22] Risya pramesti: Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah ditanya tentang puasa dan qiyam pada malanya di hari kedua puluh tujuh di bulan Rajab, maka beliau menjawab: ”Puasa dan qiyam pada malam di hari kedua puluh tujuh di bulan Rajab serta mengkhususkan untuk itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” (Majmu Fatawa Ibnu Utsaimin, 20/440)
[4/14 6:22] Risya pramesti: Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dalam ‘Majmu’ Fatawa, 25/290: “Adapun berpuasa di Bulan Rajab secara khusus, semua haditsnya adalah lemah, bahkan palsu. Sedikitpun tidak dijadikan landasan oleh para ulama. Dan juga bukan kategori hadits lemah yang dapat diriwayatkan dalam bab amalan utama (fadha’ilul a’mal). Mayoritasnya adalah hadits-hadits palsu dan dusta.
[4/14 6:22] Risya pramesti: Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata dalam kitab Tabyinul Ujab, hal. 11: “Tidak ada hadits shahih yang layak dijadikan hujjah tentang keutamaan bulan Rajab, tidak juga dalam puasanya atau puasa tertentu , begitu juga (tidak ada) qiyamullail tertentu di dalamnya.
[4/14 6:22] Risya pramesti: Tidak terdapat riwayat yang sahih yang layak dijadikan dalil tentang keutamaan bulan Rajab, tidak pula riwayat yang shahih tentang puasa rajab, atau puasa di tanggal tertentu bulan Rajab, atau shalat tahajud di malam tertentu bulan rajab. Keterangan saya ini telah didahului oleh keterangan Imam Al-Hafidz Abu Ismail Al-Harawi.” (Tabyinul Ujub bi Ma Warada fi Fadli Rajab, hlm. 6)

Keterangan yang sama juga disampaikan oleh Imam Ibnu Rajab. Dalam karyanya yang mengupas tentang amalan sepanjang tahun, yang berjudul Lathaiful Ma’arif, beliau menegaskan tidak ada shalat sunah khusus untuk bulan rajab,
[4/14 6:22] Risya pramesti: Ibnu Qayyim rahimahullah berkata: “Semua hadits yang menyebutkan puasa Rajab dan shalat pada sebagian malamnya adalah kebohongan yang diada-adakan.” (Al-Manar Al-Munif, hal. 96)

View on Path